top of page

Tulisanku Ditolak Terus! Apa Memang Tidak Ditakdirkan Untuk Jadi Penulis Ya?!

  • Writer: bindarabindana
    bindarabindana
  • Sep 11, 2018
  • 3 min read

Tolakan Yang Berharga


“Sip!! Kali ini pasti diterima!!” Aku tersenyum semangat di taksi, saat pergi menuju rumah. Baru saja aku dari kantor pos, mengirim naskah keduaku. Aku pun berhenti di salah satu kedai minuman, dan membeli bubble untuk merayakannya. Lalu kembali masuk kedalam taksi dan menuju rumah.


***


“APA???” Aku menatap layar laptop tak percaya, setelah membuka email dari penerbit.


“BAGAIMANA BISA???” Argh, disana tertulis: “Belum diterbitkan, silakan menulis lagi! Tetap semangat!”


“BAGAIMANA BISA AKU TETAP BERSEMANGAT SETELAH DITOLAK SEPERTI ITU??” Aku menutup laptopku kasar. Tidak mau! Aku benar-benar tidak ingin menulis lagi!


“Tetap semangat Kak” Papa dan Mama menyemangati dari balik pintu.


“Huh!!” Aku mendengus kesal. Mereka pun buru-buru pergi sebelum amarahku meledak.


“Apa yang harus kulakukan sekarang? Bahkan tidak satupun ide mampir pada bayanganku” Gumamku. Aku meneguk air putih dan membaringkan tubuhku diatas kasur.


“Hiks… Hiks… Sudah 2 kali ditolak…. Apakah aku memang tidak ditakdirkan menjadi penulis?” Aku mulai meneteskan air mata.


“Huuaaa!!!” Tangisku semakin deras. Wajahku tenggelam pada empuknya bantal dan guling.


***


“Kak Sarah! Cepat bangun, kalau tidak, Kakak akan kami tinggal!” Ucap Sofia, adikku yang duduk dikelas 1 SMP.


“Iya! Iya! Memangnya mau kemana sih?” Tanyaku sambil menguap lebar.


“Pameran buku” Jawabnya, lalu segera pergi.


“Buku? Yeah!!” Aku pun segera bangkit dan mandi, lalu berdandan secantik mungkin dan melesat pergi kebawah.


***


“Aku dan Sofia kesana ya Ma” Ucapku pada Mama.


“Oke” Tanggap Mama pendek.


Aku pun berkeliling pameran dan diikuti oleh Sofia. Sesekali, aku berhenti disalah satu rak, mengamati bukunya, dan menentengnya untuk dibawa ke kasir nanti.


“WAH!!” Aku menutup mulut tak percaya. Disana…. Disana… ADA KAK HANA!!! Yeah, Kak Hana! Kak Hana adalah penulis favoritku. Tulisan-tulisannya sangat hebat dan sebagian besar Best Seller. Dia sudah bisa keliling dunia berkat penjualan novel-novelnya. Ah, rasanya semangatku yang runtuh 1 minggu lalu kembali lagi akibat bertemu dengan penulis hebat dan muda seperti dirinya. Aku menenteng salah satu novel tebal Kak Hana, dan menghampirinya.


“Assalamualaikum Kak” Sapaku ramah.


“Waalaikumsalam” Kak Hana membalas senyumku ramah.

Aku menyodorkan bukuku, dan juga spidol.


“Hahaha” Dia tertawa pelan dan menandatangani bukunya. Aku juga mengeluarkan Hand Phone untuk mengambil selfie.


“Terimakasih Kak” Aku pergi dengan canggung sambil menarik tangan Sofie.


“Wahh!! Aku tidak percaya Fie!!” Ucapku histeris.


“Apakah dia benar-benar Kak Hana yang itu? Wah, Ayah pasti sangat beruntung karena beliau adalah rekan kerjanya” Ucapku lagi.


“Cih, Kakak ini. Memangnya Kak Hana ada yang mana lagi? Tentu saja cuma yang itu” Tanggap Sofie.

Aku tersenyum senang.


***


“Sarah, Sofie, ayo kita pulang!” Ajak Papa.

Aku dan Sofie mengangguk.


“Sebentar Pa, ada yang perlu Mama beli di toserba” Ucap Mama tiba-tiba.


“Hahaha…. Ibu-Ibu selalu seperti itu ketika lewat mall” Celetuk Sofie. Mama mencubit pipi Sofie. Pameran buku itu, memang berlokasi didepan sebuh mall yang cukup besar.


“Baiklah” Papa pun berjalan menemani Mama kedalam mall, diikuti kami dibelakangnya.


“Pa, Ma, aku tunggu disini saja ya, kakiku pegal nih” Ucapku sambil duduk disalah satu kursi panjang.


“Oke, jangan kemana-mana ya Kak” Mereka menyetujui. Aku mengangguk.

Sofie, Mama, dan Papa pun berjalan pergi meninggalkanku. Aku membuka salah satu novel yang tadi kuborong dan membacanya.


“Hai Sarah!” Tiba-tiba, seorang wanita duduk disebelahku. Aku menutup novelku, dan menoleh.


“Hooo” Aku menutup mulutku.


“Kak… Kak Hana?” Ucapku tak percaya. Dia tersenyum manis.


“Selamat ya Sar” Ucapnya mengulurkan tangan.


“Eh?” Aku mengulurkan tangan dengan ragu-ragu.


“Selamat atas penolakan keduamu” Lanjutnya.


‘Huh, Kak Hana ini menyindir atau memuji sih?’ Batinku.


“Eh… Iya Kak” Aku tersenyum dipaksakan.


“Kakak yakin, di pengiriman naskahmu yang ketiga, kamu pasti akan diterima” Ucap Kak Hana.

Aku menunduk.


“Aku sudah membaca semua naskahmu Sar, mulai dari yang pertama, sampai yang kedua, sangat membaik dengan drastis” Ucap Kak Hana. “Novelmu yang pertama cukup bagus, tapi ada beberapa paragaraf yang akan membuat pembaca malas membacanya, dan di novelmu yang kedua sangat bagus. Semua kata dan kalimatnya tersusun rapi dan menarik. Tapi, pengambilan tema dalam novelmu yang kurang menarik minat pembaca” Ucap Kak Hana.


“Remaja zaman sekarang, jarang yang mau membaca tema ‘penculikan anak dan tips cara menghadapinya’ seperti itu Sar” Ujar Kak Hana.


Aku mengangguk mengerti.


“Kamu harus mencari tema yang saat ini sedang ramai dibicarakan seperti boyband korea, misalnya” Ucap Kak Hana lagi sambil tertawa menyadari ucapannya sendiri.


“Hahaha” Aku ikut tertawa.


“Asalkan kamu tahu Sar… Sebenarnya Kakak punya satu rahasia” Ucap Kak Hana.


“Kakak pertama kali menerbitkan buku pada saat Kakak kelas 2 SMA. Dan naskah Kakak diterbitkan setelah ditolak…”


“Ditolak?”


“DITOLAK 100 KALI!!”

“APA?” Aku menutup mulut tak percaya.


“Ya, Kakak menerbitkan novel untuk pertama kalinya pada naskah ke-101” Ucap Kak Hana.


“Anggaplah tolakan-tolakan itu adalah tolakan yang berharga Sar, karena tolakan itu, sekarang Kakak bahkan bisa keliling dunia” Lanjut Kak Hana.


“Jujur saja, Kakak sangat sakit hati ketika membaca email dari penerbit”


“Kamu beruntung, karena baru saja ditolak 2 kali seumur hidupmu. Terlebih lagi, Kau baru kelas 3 SMP sekarang. Kesempatanmu masih sangat panjang” Ucap Kak Hana.


“Semangat terus menulis ya Sar, Kakak akan menunggu tulisanmu, dan keliling dunia bersamamu!! Ayolah, temani Kakak, selama ini Kakak tur keliling dunia hanya sendirian” Ucap Kak Hana sambil menepuk bahuku.

Aku tersenyum dan mengangguk kuat kuat. Kak Hana benar! Ini tolakan yang berharga! Dari kejauhan, Papa mengepalkan tangan sambil berkata: “Yes! Berhasil!”



Comments


bottom of page